Beberapa waktu lalu Indonesia tengah berduka atas meninggalnya seorang pendakwah tersohor di negeri ini, Ustadz Arifin Ilham. Belum usai berduka, negeri ini kembali dikejutkan dengan meninggalnya ibu negara ke 6, yakni ibu Ani Yudhoyono. Tidak hanya sampai disitu saja, Moestopo atau yang akrab dengan sapaan Pak Topo Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga meninggal karena kanker. Tidak menyerah dengan kanker yang dideritanya, mereka, sosok panutan tersebut sempat menjalani pengobatan di luar negeri. Namun kanker telah mematahkan semangatnya. Kanker telah merenggut nyawa sang pesohor negeri.

Kanker seolah belum juga puas memangsa korban. Senasib dengan ketiga sosok tersohor tersebut, begitu pula yang dialami oleh biduan dangdut yang terkenal dengan goyang barbelnya, Agung Hercules. Tubuh gempalnya kian menyusut dan kering. Kanker otak telah menggerogoti tubuhnya hingga Agung menyerah dengan kankernya.

Kasus kanker yang dialami Agung Herculespun menambah daftar panjang pembuktian bahwa kanker tidak bisa disembuhkan.

Kanker seolah menjadi momok yang sangat menakutkan di tengah masyarakat, tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia dan dianggap sebagai vonis mati bagi pengidapnya. Lantas apakah benar kanker tidak bisa disembuhkan?

 

Apa itu kanker ?

Menurut WHO (World Health Organization) atau organisasi kesehatan dunia, kanker merupakan istilah umum bagi sekelompok besar penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan sel abnormal dan tidak terkontrol yang kemudian menyerang organ tubuh dan dapat menyebar ke organ lain. Kanker merupakan penyebab kematian tertinggi urutan ke-dua di dunia. Pada tahun 2018, WHO memperkirakan terdapat 9,8 juta kasus kematian akibat kanker. Kanker paru-paru, prostat, kolorektal, lambung dan hati adalah jenis kanker yang paling umum diderita oleh pria. Sedangkan kanker payudara,kolorektal, paru-paru, serviks (leher rahim) dan kanker tiroid adalah yang paling umum diderita oleh wanita.

Sampai saat ini penyebab pasti dari kanker masih belum bisa disebutkan secara pasti, tetapi dilihat dari kasus-kasus yang sudah ada terdapat beberapa faktor risiko yang dapat memicu tumbuhnya kanker. Ternyata, faktor lingkungan lebih banyak berperan (80%) misalnya kebiasaan merokok, makan makanan berkadar formalin tinggi, atau yang lebih jelas pada korban hidup born Hiroshima, terbukti setelah sekian lama sebagian besar mengalami mutasi sel (akibat radiasi nuklir) yang memicu kanker kulit, sedangkan 20% sisanya cenderung disebabkan faktor gen.

Masing-masing orang dan masing-masing kasus biasanya akan berbeda gejala yang timbul, umumnya adalah rasa nyeri di bagian tubuh tertentu tergantung sel kanker tumbuh dan hanya ada di 1 titik itu saja, semakin lama semakin sering dirasakan dan kian memburuk walaupun sudah diberi obat pereda rasa nyeri. Deskripsi sejarah tentang kanker ada sejak zaman Mesir Kuno (1600 sebelum Masehi/BC) yang ditun-jukkan oleh tindakan pengambilan kanker payudara. “Perang” tidak pernah berhenti. Pada akhir abad ke-19, Marie dan Pierre Curie me-nemukan teknik radiasi yang bisa digunakan untuk terapi kanker (meraih hadiah Nobel). “War on Cancer” sampai menjadi isu politis dengan momentum pada 1971 Presiden AS Richard Nixon menan-datangani National Cancer Act dengan revitalisasi program di US National Cancer Institute.

 

Penanganan Kanker

Terdapat beberapa penanganan terhadap kanker, yakni Radioterapi (dengan menggunakan sinar radiasi), kemoterapi (dengan obat-obatan kimia) dan juga pembedahan. Penanganan kanker dengan radioterapi dan kemoterapi juga berpotensi merusak sel sehat disekitar daerah yang terkena kanker, sehingga menimbulkan efek samping berupa rambut rontok, nyeri, kehilangan nafsu makan, kelelahan, pendarahan, sesak nafas hingga gangguan psikologis.

Penanganan kanker dengan pembedahan dilakukan dengan cara mengangkat sel kanker dan menangkal pertumbuhan tumor. Namun pembedahan juga dapat menimbulkan efek samping berupa nyeri dan infeksi pasca pembedahan.

Sel kanker bisa disebut juga dengan “Sel Pintar”, ini karena sel kanker akan selalu bisa menghindar dan tumbuh lagi setelah “diserang” secara medis. Itulah mengapa setelah dilakukan terapi tersebut masih saja ada jenis-jenis kanker tertentu yang tumbuh kembali.

Penanganan Kanker di Masa Depan

Penanganan terhadap kanker mendapatkan perhatian lebih untuk dikembangkan lebih lanjut. Diharapkan di masa depan, kanker benar benar dapat dibasmi secara efektif dengan efek samping yang minim pada sel sehat. Terapi gen adalah salah satunya, dengan keberhasilan isolasi gen tertentu yang mempunyai kemampuan untuk mengenali sel-sel kanker tertentu, kemudian mencangkok-kannya ke dalam limfosit (sel darah). Setelah itu, sel-sel tersebut dikultur dan ditumbuhkan dalam jumlah besar dan kemudian disuntilckan kepada pasien untuk mengenal sel kanker dan membunuhnya.

Selain itu Immunoterapi juga menjadi salah satu metode terapi yang sedang terus diteliti dan dikembangkan. Model terapi ini kebanyakan dilakukan di AS, tetapi keberhasilan-nya tetap belum memuaskan. Saat ini yang paling populer adalah terapi sel punca (stem cell) untuk kanker. Terapi tersebut banyak digunakan untuk jenis kanker darah seperti yang dialami Ibu Ani Yudhoyono. Transplantasi stem cell dari sum-sum tulang (bone marrow) akan bisa menggantikan sel-sel darah yang rusak akibat kanker darah. Jika kadang setelah kemoterapi atau radioterapi dengan dosis tinggi yang mengakibatkan sumsum tulang penghasil sel-sel darah normal tertekan, maka transplantasi stem cell dari luar bisa menjadi salah satu alternatifnya.

Selain terapi-terapi di atas sebenarnya ada satu langkah yang sangat dianjurkan dan bisa membuat penanganan terhadap kanker bisa lebih efektif, yaitu deteksi dini (early stage), dengan mengetahui kanker sejak dini, belum menyebar dan berkembang menjadi stadium lanjut, diharapkan dengan terapi-terapi yang ada bisa “menghabiskan” secara tuntas sel-sel kankernya. Tetapi yang menjadi masalah adalah kebiasaan kita yang sering mengabaikan tanda-tanda dari tubuh kita dengan berdalih ini hanya kecapaian biasa. Kita harus merubah kebiasaan tersebut dengan tanggap terhadap gejala-gejala yang timbul dan berpotensi kearah kanker dan mengkonsultasikannya ke dokter ahli.

 

Sumber: dr. Asra Al Fauzi, SpBS(K) dalam Jawapos edisi 11 Juli 2019