Berdirinya Bedah Saraf Surabaya

Pada awal tahun 1953 Prof. Dr. S.K. Handoyo, Seorang Ahli bedah saraf Indonesia pertama yang mengenyam pendidikan kedokteran di Belanda. Sepulang dari luar negeri beliau merintis pelayanan bedah saraf di Indonesia, sejak saat itulah pelayanan bedah saraf mulai ditangani oleh tenaga ahli Indonesia. Ketika itu masih ada dua asisten dokter Handoyo yang sedang menjalani pendidikan Ahli Bedah Saraf sampai pada tahun 1958. Berakhirnya pendidikan kedua asisten dokter, maka bertambah dua orang Ahli bedah saraf yang bekerja di klinik ini yaitu Prof. Soewadji Prawirohardjo dan Prof. Basoeki Wirjowidjojo.

Pada tahun 1958, atas permintaan Fakultas Kedokteran Surabaya Prof. Basoeki kemudian ditempatkan di rumah sakit Dokter Soetomo sehingga dapat melayani kasus – kasus rujukan dari Indonesia wilayah timur. Sejak tahun 1959 hingga tahun 1969, tercatat 9 dokter muda yang menjalani pendidikan Spesialis di luar negeri namun hanya 2 orang yang menyelesaikan dan kembali mengabdi di Indonesia. Kedua spesialis itu adalah Prof. dr. R.M. Padmosantjojo di akhir 1969, dan Prof. DR. Med. Iskarno pada awal tahun 1971.

Beranjak dari ketekunan dan sejak adanya Prof. Basoeki bersama para Ahli Bedah Saraf di Rumah Sakit Dr. Soetomo, pelayanan dan pendidikan bedah saraf terus berkembang. Banyak operasi Brain tumor/Tumor otak, pendarahan intracranial, dan operasi bedah saraf lain dapat dilakukan. Untuk semakin menguatkan pijakan perkembangan layanan bedah saraf di Surabaya, dikirimlah residen untuk memperdalam ilmu bedah saraf di Katholieke Universiteit, Sint Radboudziekenhui, Nijmegen, Belanda pada tahun 1971.

Berkat hubungan baik antara Prof. Basoeki dengan pimpinan bagian bedah saraf universitas di Nijmegen, Prof. Dr. H.A.D. Walder dengan mengirim seorang residen pertama yang selesai pendidikan bedah saraf pada tahun 1975 yaitu Prof. dr. H.M. Sajid Darmadipura. Kemudian diikuti oleh Prof. DR. dr. Umar Kasan yang menyelesaikan pendidikan bedah saraf pada tahun 1979. Pada tahun berikutnya Prof. DR. dr. Abdul Hafid Bajamald yang lulus pendidikan pada tahun 1983. Hingga saat ini hanya Prof. Hafid yang masih aktif menjadi tenaga pengajar di FK Universitas Airlangga.

Tahun 1985 adalah berdirinya pendidikan bedah saraf di FK Unair ditandai dengan penerimaan residen untuk menjalani pendidikan sebagai ahli bedah saraf. Hari ini tercatat 13 tenaga ahli bedah saraf yang aktif memberikan pelayanan RSUD dr. Soetomo dan pendidikan di FK Universitas Airlangga.