Menu gorengan sehat untuk berbuka puasa anda
Takjil atau makanan ringan untuk mengawali buka puasa, mayoritas di Negara kita didominasi gorengan. Mulai dari pisang goreng, tahu/tempe goreng, sempol, nugget, bahkan keripik dari buah/sayur yang digoreng. Masyarakat kita lebih menyukai gorengan karena selain mengenyangkan juga sangat mudah dibuat dan enak. Daripada makanan yang direbus atau dikukus.
Minyak goreng yang kita gunakan saat ini berasal dari minyak kelapa atau sawit, atau biasa kita sebut minyak nabati yang mengandung Omega 9 cukup tinggi. Sedangkan Omega 3 hanya terkandung dalam minyak hewani. Omega 9 sendiri berfungsi menurunkan risiko serangan jantung dan stroke karena mengandung kolesterol baik. Omega 9 yang terkandung dalam Asam Oleat juga dapat meningkatkan energi, menurunkan emosi, dan memperbaiki mood. Manfaat Omega 9 yang terakhir bisa meningkatkan kemampuan ingatan dan fungsi kognitif otak, sehingga dapat mencegah penyakit Alzheimers.
Namun dibalik semaraknya budaya cemilan gorengan tersebut ada pola masak yang kurang sehat. Masakan gorengan selalu memakai minyak goreng yang banyak sekali. Karena sisanya masih banyak, seringkali minyak digunakan untuk menggoreng hingga berkali-kali. Padahal normalnya minyak goreng maksimal digunakan untuk 3 kali penggorengan. Karena saat proses menggoreng, minyak akan kontak dengan bahan makanan yang yang mengandung air. Proses ini membuat minyak teroksidasi dan membentuk senyawa karsinogenik yang bersifat radikal bebas. Jika dikonsumsi memiliki risiko sebagai penyebab kanker, inflamasi, aterosklerosis, dan mempercepat penuaan. Semakin sering minyak digunakan semakin tinggi kandungan senyawa-senyawa berbahaya tersebut. Selain itu, kandungan lemak jenuh pada minyak akan semakin tinggi seiring dengan intensitas pemakaian. Selain senyawa karsinogenik, minyak jelantah juga mengandung lemak jenuh dianggap sebagai pemicu tingginya kolesterol tubuh.
Lalu bagaimana cara agar cemilan atau takjil tetap sehat dikonsumsi ?
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan ketika menggunakan minyak goreng agar kandungan baik dalam minyak dan makanan kita tetap terjaga.
Perhatikan warna minyak goreng, jika sudah berubah menjadi gelap atau coklat kehitaman sebaiknya dibuang. Karena warna gelap dihasilkan akibat oksidasi vitamin E yang merupakan pewarna alami dalam minyak. Begitu juga rangkaian senyawa kimia minyak yang telah rusak akibat pemanasan tinggi dan terus menerus. Jadi usahakan memakai minyak goreng yang berwarna terang, biasanya berwarna kuning muda jernih atau kuning tua yang tidak terlalu gelap.
Kekentalan dan bau minyak, periksa sejak membeli sampai akan digunakan untuk memasak. Apabila kondisi minya terlihat terlalu pekat atau kental kemudian ada bau tengik sebaiknya jangan digunakan. Karena kondisi minyak goreng yang sudah tidak baik akibat penyimpanan yang terlalu lama, juga kondisi tempat yang buruk sehingga kandungan polimernya tinggi.
Yang terakhir batasi penggunaan minyak goreng maksimal 3 kali. hindari penggunaan minyak goreng bekas atau jelantah. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, minyak goreng bekas/jelantah mengandung senyawa karsinogenik dan lemak jenuh. Sangat berbahaya jika senyawa jahat terakumulasi dalam tubuh, terlebih lagi jika anda konsumsi setiap hari. Jika anda membeli makanan atau jajan diluar, sebaiknya pilih tempat yang memasaknya layak.
Bulan puasa ini merupakan moment baik untuk membersihkan kotoran dan regenerasi tubuh menjadi sehat kembali. Akan semakin baik jika kita juga memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Bagi ibu rumah tangga sebisa mungkin memberikan makanan yang sehat dan variatif bagi keluarga, bisa dari sayur mayur, buah segar, dan juga daging. Tujuannya agar kita mendapat asupan gizi seimbang.