Akromegali
Akromegali merupakan akibat sistemik dalam tubuh yang disebabkan oleh 98% kasus adenoma (tumor jinak) yang berada di kelenjar pituitary. Dimana kelenjar tersebut mengalami gangguan serius, gambaran klinisnya kelenjar ini akan mengeluarkan hormon pertumbuhan/Growth Hormon (GH) yang berlebihan. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan dari tumor tidak hanya mempengaruhi secara sistemik tapi juga fisik yaitu dengan mendesak dan melukai kelenjar normal pituitary, kelenjar saraf optik dan chiasma optik.
Akromegali jika tidak segera ditangani akan menyebabkan perubahan tulang dan jaringan wajah (frontal bossing, prognathism), pembesaran tangan dan kaki, sleep apnea atau gangguan nafas saat tidur, dan sindroma carpal tunnel atau kesemutan dan mati rasa di jari tangan.
Jika penderita tumor pituitary masih berusia remaja atau dalam masa pertumbuhan, kemungkinan besar akan terjadi gigantisme. Dimana beberapa bagian tubuh yang pertumbuhannya tidak terkontrol. Melihat dampak sistemik yang cukup serius karena menyangkut produksi hormon, maka segera lakukan pemeriksaan dini dan tindakan secepatnya. Biasanya dengan operasi transsphenoidal.
DIAGNOSIS
Diagnosis akromegali dibuktikan dengan proses biokimia untuk memastikan adanya kelebihan hormon. Dan yang kedua dengan proses imaging atau MRI. Foto MRI harus dilakukan untuk melihat ada tidaknya adenoma hipofisis. Kemudian dengan membandingkan foto lama dan terkini wajah penderita untuk melihat perubahan wajah yang mengalami akromegali.
OPERASI BEDAH
Akromegali dapat ditangani dengan mudah melalui operasi transsphenoidal pituitary dan pengangkatan tumor jinak/adenoma. Namun, akan sedikit kesulitan pada saat pasien pasca operasi dengan kondisi ukuran tumor yang besar dan invasif. Dalam kasus seperti itu, terapi medis dan / atau terapi radiasi mungkin diperlukan untuk mengendalikan kadar GH. Secara umum, semakin tinggi tingkat GH ketika pra-operasi, semakin kecil kemungkinan pasien untuk disembuhkan. Kemudian, Pasca operasi transsphenoidal sekitar 80-85% pasien mikroadenoma (tumor kurang dari 1 cm) dan 50-60% pasien macroadenomas (tumor lebih besar dari 1 cm) dilanjutkan dengan pengobatan jangka panjang.
TERAPI MEDIS
Untuk pasien pasca operasi yang masih terjadi gangguan hormon atau pasien yang tidak dilakukan tindakan operasi, maka diberikan terapi dengan Octreotide (Sandostatin) atau terapi radiosurgery stereotactic yang akan dijelaskan lebih detail dibawah. Dengan diberikannya terapi ini, sekitar 30 – 50% pasien mengalami penyusutan tumor, memperbaiki gejala akibat pembengkakan jaringan lunak, mengurangi sakit kepala, nyeri sendi dan sleep apnea. Penggunaan pra operatif Octreotide ini digunakan sebelum pengangkatan tumor karena dapat mengurangi risiko anestesi pada umumnya.
RADIOSURGERY STEREOTACTIC
Bagi pasien penderita akromegali yang tidak menjalani tindakan operasi, ada baiknya melakukan terapi sinar radioterapi dan radiosurgery stereotactic dimana keduanya cukup efektif. Namun, treatment menggunakan radioterapi memakan waktu yang cukup lama kurang lebih 7 tahun. Berbeda lagi dengan pemberian radioterapi stereotactic yang rata-rata hanya memakan waktu 18 bulan. Selain itu, radioterapi memiliki efek samping yaitu dapat menyebabkan hilangnya fungsi hipofisis/pituitary normal selama 5 sampai 10 tahun. Pada beberapa kasus juga terjadi komplikasi neurologis seperti kehilangan penglihatan, kelemahan, dan gangguan ingatan.