Low Grade Astrocytoma
Astrocytoma merupakan tumor yang berasal dari sel Precursor Astrocytes. Dinamai demikian karena sel otak yang mendukung mirip bentuk bintang, Astrocytoma adalah jenis tumor yang paling sering dialami. Melihat patologinya dengan menggunakan mikroskop, tinngkatan tumor dibagi menjadi 4 level berdasarkan kecepatan sel berkembang dan kemampuannya menyerang jaringan disekitarnya. Astrocytoma level IV atau yang paling agresif dan berkembang dengan sangat cepat disebut Glioblastoma. Astrocytoma level III yang biasa dikenal sebagai Astrocytoma Anaplastic, berkembang dengan tempo sedang. Sedangkan Astrocytoma level I dan II adalah tumor yang paling lambat pertumbuhannya, dan biasa disebut Low Grade Astrocytoma.
Kemungkinan munculnya kasus Low Grade astrocytoma sangat kecil jika dibandingkan High Grade Astrocytoma, hanya sekitar 1500 kasus per tahun. Hingga saat ini masih belum ditemukan penyebabnya, factor lingkungan juga tidak terlalu berpengaruh. Akan tetapi, keluarga dengan riwayat Neurofibromatosis yaitu semacam gangguan warisan genetic, memiliki tingkat resiko tertinggi menjadi penderita tumor ini. Low Grade Astrocytoma sendiri bias dibagi menjadi 3 tipe yaitu Pilotyc Astrocytoma, Pleomorphic Xantroastrocytoma, dan Astrocytoma tersebar.
Astrocytoma tersebar sejauh ini jenis yang paling umum. Pilocytic Astrocytoma paling sering ditemukan pada anak-anak. Astrocytoma Low Grade cenderung muncul di cerebellum atau otak kecil, dimana otak bagian ini mengendalikan keseimbangan tubuh. Pertama Pilotyc Astrocytoma memiliki batas yang jelas, akan sangat memudahkan ketika operasi jika terletak di bagian otak yang mudah dijangkau. Tindakan radiasi dan kemoterapi umumnya digunakan untuk bagian tumor yang tidak dapat dijangkau. Yang kedua Pleomorphic Xanthoastrocytomas, biasa disebut “PXAs” tumor yang paling banyak diderita oleh anak-anak dan cenderung terletak di bagian otak superficial. Seperti halnya Pilotyc Astrocytoma tindakan utamanya dengan operasi.
Astrocytoma tersebar biasanya muncul pada orang usia dewasa awal, namun tidak menutup kemungkinan juga ditemukan pada anak-anak dan lansia. Tumor jenis ini dapat terletak dimana saja di bagian otak, namun seringkali berada di cerebral hemisphere yaitu bagian otak yang berfungsi untuk berpikir. Sesuai namanya menunjukkan batas-batas tumor Astrocytoma menyebar cenderung tumbuh disekitar jaringan normal otak. Kejang dan pusing menjadi gejala atau tanda-tanda awal tumor ini, kelumpuhan sebagian tubuh (hemiparesis) juga sering terjadi. Pada hasil CT scan dan MRI menggambarkan keberadaan tumor ini, dengan ciri-ciri tidak menebal atau menyala terang ketika diberi pewarna kontras intravena.
Hasil pemeriksaan CT scan menunjukkan Low Grade Astrocytoma, maka segera konsultasikan dengan Dokter spesialis bedah saraf. Mungkin dokter akan merekomendasikan tindakan biopsy untuk diagnose atau operasi pengangkatan tumor. Jika tumor terletak di area vital otak, dokter bedah saraf akan menggunakan metode muthakir semisal MRI fungsional dan pemetaan fungsi otak Intraoperatif agar mempermudah tindakan pengangkatan tumor. Berbeda lagi dengan kasus Astrocytoma tersebar, tumor ini biasanya sudah tumbuh kecil sbesar serabut mikroskopis yang telah menyebar di jaringan otak. Serabut itu tidak selalu terlihat oleh dokter bedah saraf. Tumor ini menyatu dengan jaringan normal otak yang memiliki fungsi penting. Sehingga pengangkatan tumor jelas tidak mungkin dilakukan. Tingkat kesulitan operasi tergantung pada lokasi tumor, gejala dan kebiasaan pasien.
Pengobatan pertama yang diberika pada penderita Low Grade Astrocytoma menggunakan radiasi. Terapi radiasi dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tumor, atau menunjukan tanda-tanda yang membaik. Meskipun waktu yang optimal dan dosis dari radiasi masih dalam tahap penelitian, beberapa uji klinis yang dilakukan menambah pengetahuan kita tentang terapi radiasi. Dokter bedah saraf meyakini bahwa terapi radiasi harus dilakukan secepatnya, sebagai langkah dini pengobatan tumor. Namun beberapa dokter menyarankan untuk menunda terapi radiasi sehingga tidak ada dampak dari radiasi terlebih dulu, hingga CT scan menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan tumor. Entah secpatnya atau menunda terapi radiasi pada penderita hingga tumor tumbuh, faktanya hasil masih identik sama. Perlu diketahui bahwa 2/3 orang pasien yang menunda terapi radiasi selama 5 tahun setelah diagnosis. Dengan demikian, terapi radiasi di awal atau menunda terapi keduanya sama saja dengan syarat menunjukkan alasan yang dapat diterima itupun hanya dalam kasus tertentu. Hasil dari dua percobaan klinis terakhir yang terfokus pada Low Grade Gliomas telah membantu menjelaskan dengan optimal perihal dosis radiasi dan penjadwalan. Kedua studi yang menjelaskan kelebihan dosis tinggi pada terapi radiasi, dan menyarankan untuk melakukan perawatan hingga 6 sampai 7 minggu.